Jumat, 17 Februari 2017

Seperti Apa Manuver Politik di Putaran Kedua Pilkada DKI Jakarta? Ini Prediksinya

Pemilihan Gubernur DKI Jakarta hampir dipastikan terjadi dalam dua putaran setelah hasil dari sejumlah lembaga survey memunculkan dua kandidat Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)-Djarot Saiful Hidayat dan Anies Baswedan-Sandiaga Uno sebagai peraih suara terbanyak.
Menurut Pengamat Politik Univeristas Padjajaran, Muradi, ada tiga persyaratan utama untuk menjadi juara dalam Pilgub DKI putaran kedua nanti.

Seperti Apa Manuver Politik di Putaran Kedua Pilkada DKI Jakarta? Ini Prediksinya

Yang pertama adalah, partai-partai pendukung pasangan nomor satu Agus Harimurti Yudhoyono - Sylviana Murni harus diajak bergabung, lantaran bisa menjadi mesin pendulang suara yang relatif efektif
Yang kedua, soal isu agama tidak lagi laku untuk diangkat kembali, kemenangan Ahok-Djarot di atas 40 persen versi quick count lembaga survey, membuktikan, jika persepsi Ahok sebagai penistaan agama tidak terjadi. Jadi bisa dipastikan, Isu agama dan ras tidak lagi berlaku.
"Jadi, jika ingin Anies-Sandiaga mengalahkan Ahok, harus bekerja keras membuat formula baru menggaet suara serta merasionalisasi program-program yang ditawarkan, tidak lagi hanya sebatas program mengawang-awang," ujarnya.
Dan ketiga, adalah soal elit politik di lingkaran kedua pasang kandidat yang harus bisa menahan diri untuk tidak terlalu banyak ambil bagian.
"Biarkan pasangan calon mengkampanyekan tanpa ada embel-embel tokoh politik dibelakang. Memeprkuat boleh, tapi sebagai yang utama lebih baik jangan," ujarnya.
Kata Muradi, Pilgub DKI Jakarta memang bisa dibilang rasa pilpres, di putaran kedua nanti, ada nama Megawati Soekarnoputi di belakang Ahok-Djarot dan Prabowo Subianto di pasangan Anies-Sandiaga.
"Menurut saya, keduanya harus bisa belajar dari kekalahan Agus-Sylviana, dimana figur Agus menghilang ketika sosok Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) muncul ke publik, dan hal itu menjadi blunder hingga akhirnya mengakibatkan Agus tidak bisa meraup suara bahkan hingga 20 persen," ujarnya.
Soal ke mana partai pendukung Agus-Sylviana akan merapat, Muradi memprediksi tiga partai PKB, PPP dan PAN kemungkinan besar akan berbalik mendukung Ahok-Djarot dan Demokrat ke Anies-Sandiaga.
Alasannya, PKB, PPP dan PAN akan lebih nyaman dengan pola interaksi partai pendukung Ahok, meskipun PDI pemilik suara terbanyak namun tidak tampil dominan dibanding Gerindra di kubu Anies-Sandiaga.
Selain itu, soal isu agama Anies Baswedan yang dikaitkan dengan Syiah bisa menjadi faktor penghadang ketiga partai untuk bergabung, di sisi lain, sosok Djarot yang dengan dengan NU bisa menjadi nilai plus.
"Walaupun nantinya, bisa saja terjadi kubu PAN akan membelah diri mendukung Ahok-Djarot dan Anies-Sandiaga," ujarnya.
Sementara Demokrat, tidak lagi memiliki kekuatan membangun gerbong politik baru, dan mau tidak mau bergabung dengan Gerindra mendukung Anies-Sandiaga, lantaran selama ini Demokrat lebih banyak kontra dengan PDIP.
Jika sudah begini, secara kalkulasi bisa saja Ahok-Djarot memiliki peluang besar untuk memenangkan pertarungan putaran kedua.
Apalagi saat ini, perbedaan suara dengan Anies-Sandiaga sekitar 3-4 persen, belum nantinya bakal ditambah sumbangan suara dari partai pendukung yang akan bergabung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar